fbpx

0
0
0
s2sdefault

IMG 20200725 095641

SitindaonNews.Com | Operator telekomunikasi PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) masih mencatatkan rugi bersih pada semester I-2020. Bahkan, jumlah rugi bersih ini naik 14% secara tahunan, dari Rp 1,07 triliun menjadi Rp 1,22 triliun.

Merujuk laporan keuangan Smartfren Telecom per akhir Juni 2020, peningkatan rugi bersih ini antara lain disebabkan oleh adanya kerugian kurs mata uang asing serta kenaikan beban bunga dan keuangan lainnya. 

Pada paruh pertama 2020, FREN mencatatkan rugi kurs mata uang asing sebesar Rp 75,07 miliar. Padahal, pada semester I 2019, FREN masih meraih keuntungan kurs valuta asing hingga Rp 170,81 miliar.

Ditambah lagi, terjadi lonjakan pada beban bunga dan keuangan lainnya sebesar 130% year on year (yoy) sepanjang Januari-Juni 2020. Beban tersebut lantas naik signifikan, dari Rp 180,95 miliar menjadi Rp 416,18 miliar.

Kerugian yang masih dicatatkan Smartfren Telecom juga tak terlepas dari jumlah beban usaha yang meningkat. Pada semester I-2020, besaran beban usaha FREN mencapai Rp 5,17 triliun atau lebih tinggi 20% dibanding beban usaha pada periode sama tahun 2019 yang sebesar Rp 4,31 triliun.

Semua beban yang ada di dalamnya memang terlihat meningkat. Mulai dari beban penyusutan dan amortisasi, beban operasi serta pemeliharaan dan jasa telekomunikasi, beban penjualan dan pemasaran, beban karyawan, hingga beban umum dan administrasi.

Akan tetapi, meski masih membukukan rugi usaha dan rugi bersih, FREN berhasil meraih kenaikan pendapatan usaha pada semester I 2020 sebesar 42% yoy, dari Rp 3,03 triliun menjadi Rp 4,3 triliun. Semua lini bisnis yang FREN jalani, menunjukkan kenaikan yang berkisar antara 36%-1.089,6% yoy.

Secara rinci, bisnis jasa telekomunikasi data yang berkontribusi 91% terhadap pendapatan FREN tumbuh 36,4% yoy, dari 2,87 triliun menjadi Rp 3,91 triliun. Kemudian, bisnis jasa telekomunikasi non data yang menyumbang 5% pendapatan FREN meningkat 71,6% yoy, dari Rp 131,98 miliar menjadi Rp 226,53 miliar.

Pertumbuhan tertinggi ditorehkan oleh bisnis lain-lain, yakni sebesar 1.089,6% yoy, dari Rp 8,56 miliar menjadi Rp 101,83 miliar. Disusul bisnis jasa interkoneksi yang melesat 199,7% yoy menjadi Rp 61,7 miliar dari sebelumnya Rp 20,58 miliar. Meskipun begitu, masing-masing lini bisnis ini baru menyumbang 2% dan 1% terhadap total pendapatan FREN.

Terkait dengan pandemi Covid-19, manajemen FREN mengungkapkan, kebijakan yang membatasi kegiatan masyarakat di beberapa daerah memang berimbas pada kegiatan bisnis dan operasional Smartfren Telecom di beberapa aspek. 

"Akan tetapi, berdasarkan penilaian yang dilakukan pada saat laporan ini diterbitkan, manajemen Smartfren Telecom tidak melihat adanya ketidakpastian material yang akan menimbulkan kerugian yang signifikan terhadap bisnis dan operasionalnya," tutur manajemen FREN dalam laporan keuangan per Juni 2020.

Kondisi tersebut juga tidak menimbulkan keraguan signifikan atas kemampuan Smartfren Telecom untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Meskipun begitu, manajemen akan terus memantau perkembangan situasi terkini akibat pandemi Covid-19 dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi dampak tersebut terhadap bisnis dan operasi perusahaan.

Sumber: kontan.co.id

0
0
0
s2sdefault

0
0
0
s2sdefault

IMG 20200724 083758

"Saya senang, setiap pagi saya dapat angka-angka, setiap pagi sarapannya angka, kalau Bapak, Ibu sarapannya nasi goreng atau roti, saya sarapannya angka-angka setiap hari"

SitindaonNews.Com | Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku senang dengan keadaan saat ini ketika sudah mulai ada laporan positif terkait angka konsumsi di mana angka-angka itulah yang menjadi sarapannya setiap pagi, bukan nasi goreng atau roti.

“Saya senang, setiap pagi saya dapat angka-angka, setiap pagi sarapannya angka, kalau Bapak, Ibu sarapannya nasi goreng atau roti, saya sarapannya angka-angka setiap hari,” kata Presiden Jokowi dalam acara Penyaluran Dana Bergulir Untuk Koperasi Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional di Istana Negara Jakarta, Kamis.

Presiden Jokowi mengatakan saat ini ia bisa mulai merasa senang karena sudah ada angka-angka yang baik.

Kepala Negara mencontohkan angka konsumsi yang sudah mulai terungkit naik sehingga dapat dipastikan ada perputaran uang yang beredar di kalangan masyarakat.

“Saya senang sudah ada angka-angka yang baik, konsumsi sudah mulai terungkit naik artinya mungkin peredaran uang di bawah,” kata Presiden Jokowi.

Hal itu tidak lain salah satunya karena program pemerintah mulai terserap di antaranya Bantuan Langsung Tunai (BLT) desa, bantuan sosial tunai, bantuan sembako, dan lain-lain.

“Itu akan sangat mempengaruhi daya beli dan konsumsi rumah tangga, konsumsi masyarakat,” kata Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi juga melihat ada tren kenaikan aktivitas ekspor dibandingkan periode Mei dan Juni 2020.

“Momentum-momentum ini jangan kita lewatkan, koperasi juga sama. Saya ingin indikator yang saya sampaikan diikuti gerakan koperasi secepat-cepatnya memberikan dorongan pinjaman kepada para pelaku usaha utamanya kepada pelaku UMKM,” kata Presiden Jokowi.

Sumber: .antaranews.com

0
0
0
s2sdefault

0
0
0
s2sdefault
Screenshot 20200717 094333
 
"Pupuk Indonesia terus mengoptimalkan proses distribusi pupuk bersubsidi kepada petani agar tetap berjalan lancar dan sesuai dengan alokasi "

SitindaonNews.Com | Sepanjang semester I 2020, PT Pupuk Indonesia (Persero) membukukan total penjualan pupuk sebesar 7.151.040 ton atau tumbuh 12,5 persen dibanding periode sama tahun lalu yang 6.250.499 ton.

Penjualan pupuk itu terdiri atas produk urea, NPK, SP-36, ZA, ZK, KCL dan organik.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, mengatakan total penjualan tersebut terdiri atas pupuk public service obligation (PSO), yang diperuntukkan bagi petani penerima subsidi berdasarkan sistem e-RDKK, sebesar 4.762.673 ton atau setara 59,9 persen dari target rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) dan pupuk non-PSO sebesar 2.388.367 ton atau setara 52,2 persen dari target.

Penjualan pupuk PSO tersebut merupakan cerminan dari realisasi penyaluran pupuk bersubsidi yang dilaksanakan oleh Pupuk Indonesia bersama lima anak usahanya yang merupakan produsen pupuk, yakni PT Pupuk Kujang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Sriwidjaja, PT Pupuk Kaltim, dan PT Pupuk Iskandar Muda.

"Melalui produsen pupuk yang berada dalam koordinasi kami, Pupuk Indonesia terus mengoptimalkan proses distribusi pupuk bersubsidi kepada petani agar tetap berjalan lancar dan sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan Kementerian Pertanian," katanya.

Penjualan pupuk PSO terdiri atas urea sebesar 2.172.966 ton; SP-36 sebesar 360.881 ton; ZA 443.703 ton; NPK 1.503.002 ton; dan organik sebesar 282.122 ton.

Sementara penjualan pupuk non-PSO terdiri atas penjualan dalam negeri sebesar 1.022.563 ton dan penjualan luar negeri atau ekspor sebesar 1.365.803 ton.

Total penjualan pupuk non-PSO tersebut naik 31,7 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 1.629.215 ton.

Aas menegaskan perseroan memiliki komitmen tinggi dalam menjaga ketersediaan pupuk guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Ekspor hanya bisa dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, khususnya untuk sektor pangan dan pupuk bersubsidi.

"Para produsen pupuk sebisa mungkin terus melakukan penjualan ekspor guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyumbang devisa negara dan memperkuat nilai rupiah, namun dengan tetap mengutamakan pemenuhan pupuk dalam negeri," tegasnya.

Pupuk Indonesia juga mencatatkan penjualan dari sektor nonpupuk sebesar 510.381 ton. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibanding capaian periode sama tahun lalu sebesar 504.882 ton.

Sepanjang semester I 2020, perseroan membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp38,38 triliun atau setara 50,8 persen dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020 yang sebesar Rp75,5 triliun.

Capaian pendapatan semester I 2020 ini pun meningkat dibandingkan pendapatan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp34,8 triliun.

Sumber: antaranews.com

0
0
0
s2sdefault

0
0
0
s2sdefault

Screenshot 20200718 180905

SitindaonNews.Com | Untuk bisa sukses dalam berbisnis, tak jarang perusahaan harus berani mengambil risiko besar. Salah satu contohnya, meminjam dana dalam jumlah yang sangat besar untuk kebutuhan operasional.

Salah satu perusahaan yang memiliki hutang dalam jumlah besar, yakni Volkswagen. Dikutip VIVA Otomotif dari Carscoops, Sabtu 18 Juli 2020, pabrikan mobil asal Jerman itu tercatat dalam sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan, memiliki hutang sebanyak US$192 miliar atau sekitar Rp2,8 ribu triliun.

Angka tersebut cukup membuat kaget, karena jumlahnya lebih banyak dari hutang sebuah negara. Uang yang dipinjam oleh VW lebih banyak dari hutang yang dimiliki oleh pemerintah Afrika Selatan, yang tercatat sebesar US$180,1 miliar. Sebagian besar hutang yang dimiliki VW digunakan untuk pembiayaan kendaraan.

VW tidak sendiri berada di dalam daftar perusahaan yang memiliki banyak hutang. Dari 10 perusahaan yang memiliki pinjaman paling banyak selama 2019, lima bergerak dalam bidang otomotif.

Dari lima pabrikan mobil itu, tiga berasal dari Jerman, satu dari Amerika Serikat dan satu lagi adalah perusahaan asal Jepang. Sementara, perusahaan lain yang bukan dari sektor otomotif, bergerak di bidang telekomunikasi dan makanan.

Uniknya, ada juga perusahaan yang sama sekali tidak memiliki hutang. Mereka bahkan punya cadangan dana, dan jumlahnya tidak sedikit.

 Contohnya adalah perusahaan yang bernaung di bawah bendera Google, yakni Alphabet, yang diketahui memiliki dana tunai sebanyak US$101 miliar. Lalu, ada juga Samsung dengan US$78 miliar dan Microsoft yang cadangan uangnya berjumlah US$47 miliar.

Sumber: viva.co

0
0
0
s2sdefault

0
0
0
s2sdefault

Screenshot 20200717 091521

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi minus 4,3 persen pada kuartal kedua 2020"

SitindaonNews.Com | Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan strategi agar Indonesia terhindar dari resesi seperti yang dialami Singapura, mencermati pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang diprediksi minus 4,3 persen pada triwulan kedua 2020.

“Triwulan kedua itu puncak dari pandemi khususnya April dan Mei 2020, kita bersama mencegah wabah dengan PSBB,” katanya ketika mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis.

Adapun strategi itu sinergi kuat antara BI, pemerintah, otoritas terkait dan dunia usaha di antaranya dengan menerapkan protokol kesehatan ketika membuka sektor ekonomi agar tetap produktif tapi tetap aman.

Strategi kedua, kata dia, mempercepat realisasi anggaran untuk mendorong pemulihan ekonomi yang merupakan salah satu fokus pemerintah.

“Di sinilah sinergi, ekspansi moneter BI dan akselerasi stimulus fiskal pemerintah itu diperkuat,” katanya.

Caranya, lanjut dia, dengan pembelian surat berharga negara (SBN) dari pasar perdana baik melalui mekanisme pasar atau secara langsung (private placement) dan pendanaan APBN oleh BI.

Bank sentral ini hingga 14 Juli 2020 sudah membeli SBN di pasar perdana mencapai Rp36,69 triliun melalui skema lelang utama, greenshoe option dan private placement.

BI, kata dia, melakukan pendanaan untuk public goods sebesar Rp396 triliun.

Selain itu, BI dan pemerintah berbagi beban atau burden sharing dalam pendanaan dalam mendorong sektor UMKM dan korporasi.

“Dana dari penerbitan SBN dari pasar tapi BI menanggung biaya, sebagiannya pemerintah bebannya adalah reverse repo rate dikurangi satu persen, BI itu sisanya,” katanya.

Strategi ketiga, lanjut dia, percepatan proses restrukturisasi kredit kepada dunia usaha.

Perry menyebutkan berdasarkan laporan bulanan perbankan hingga Juni 2020, total kredit yang sudah direstrukturisasi mencapai Rp871,6 triliun.

Starategi terakhir, lanjut dia, yakni digitalisasi sistem pembayaran mulai dari penyaluran bantuan sosial, transaksi pemerintah daerah, hingga transportasi.

Dengan langkah tersebut, ia optimis ekonomi Indonesia tidak masuk resesi hingga akhir tahun ini dan pada triwulan ketiga pertumbuhan ekonomi akan membaik karena sejumlah indikator pada Juni ini mengalami perbaikan.

Sejumlah indikator mengalami perbaikan seperti penjualan ritel, purchasing manager’s index (PMI) dan ekspektasi konsumen dan indikator domestik lainnya,” katanya.

0
0
0
s2sdefault