Renungan Minggu XIII Setelah Trinitatis, 14 September 2025, HKBP Pasar Minggu Resort Pasar Minggu Distrik VIII DKI Jakarta.

Topik Minggu: Sukacita Atas Kembalinya Anak Yang Hilang ( Las No Roha Di Hamumulak Ni Anak Na Mago I )

Pengkhotbah: Pdt. Rapina Ina Buana br. Habeahan

Perumpamaan tentang anak yang hilang

Lukas 15:11-32

15:11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 

15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 

15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 

15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. 

15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 

15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. 

15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 

15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 

15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 

15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 

15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 

15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 

15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 

15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 

15:25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 

15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 

15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. 

15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 

15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 

15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 

15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 

15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."

Perumpamaan Anak yang Hilang dalam Lukas 15:11-32 mengingatkan kita bahwa Allah adalah Bapa yang penuh kasih dan senantiasa menunggu kita bertobat dan kembali kepada-Nya, dengan pengampunan-Nya yang melampaui dosa kita.

Perumpamaan ini juga menyoroti pentingnya pertobatan, khususnya bagi orang-orang yang telah menyimpang dari jalan Tuhan, seperti anak bungsu yang menghamburkan harta warisannya, serta menunjukkan bahwa bahkan orang yang 'baik' seperti anak sulung pun dapat "terhilang" melalui sikap cemburu dan tidak mau menerima orang lain, yang menjadi cerminan orang Farisi dan ahli Taurat yang sering tidak mau bergaul dengan orang berdosa. 

Pesan Utama Renungan:

Kasih dan Pengampunan Allah yang Tak Bersyarat:

Allah tidak pernah berhenti mengasihi kita, seberapa pun jauhnya kita menyimpang, dan Ia selalu menantikan kita untuk kembali kepada-Nya dengan hati yang penuh penyesalan. 

Pertobatan dan Kesediaan untuk Kembali:

Kisah anak bungsu mengajarkan pentingnya kesadaran akan kesalahan dan keberanian untuk kembali kepada Bapa, yang akan diterima dengan sukacita. 

Sikap Hati yang Berbeda:

Anak Bungsu: Mewakili orang-orang berdosa yang meninggalkan Tuhan, tetapi kemudian bertobat dan diselamatkan melalui kasih karunia Allah. 

Anak Sulung: Mewakili orang-orang yang merasa diri benar tetapi dipenuhi sikap cemburu, tidak senang dengan kebahagiaan orang lain, dan enggan menerima pertobatan sesamanya. Mereka juga "terhilang" karena tidak memahami kasih dan pengampunan Bapa. 

Dorongan untuk Hidup dalam Kasih:

Perumpamaan ini mendorong kita untuk hidup dalam kasih, mendukung mereka yang ingin berubah menjadi lebih baik, dan membuang sikap cemburu atau tidak mau menerima. 

Penerapan dalam Hidup:

Bagi yang Terhilang (Berdosa):

Jangan pernah ragu untuk kembali kepada Tuhan, karena Ia akan menyambutmu dengan tangan terbuka. 

Bagi yang Merasa Benar (Sulung):

Perhatikan hati sendiri. Jangan sampai sikap sombong dan cemburu membuatmu "terhilang" dari kasih dan sukacita Bapa. Bersukacitalah atas orang yang kembali bertobat. 

Meneladani Sang Bapa:

Tunjukkan kasih dan pengampunan yang sama kepada orang lain, terutama kepada mereka yang telah berbuat salah tetapi ingin memulai hidup baru