Sejumlah siswa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengalami gejala keracunan seusai menyantap makanan dari program MBG, Senin (21/4/2025) (Beritasatu.com/Riski Maulana)
Sitindaonnews.com - Kalau Makan Bergizi Gratis, gizi apa saja yang terkandung dalam makanan tersebut dan apakah gizi yg ada layak disebut bergizi untuk kebutuhan anak sekolah karena ada ribuan yang sudah keracunan.
Sudah ribuan anak sekolah menderita keracunan akibat MBG, bahkan mungkin sudah puluhan ribu karena tidak dilaporkan dan tidak boleh dilaporkan dengan disuruh untuk membuat pernyataan tidak melaporkan dan tidak menuntut kalau korban keracunan. Dan dengan entengnya seorang menteri mengatakan hal tersebut masih wajar karena anak-anak belum terbiasa makan MBG tsb dan belum sampai ada yang meninggal akibat MBG tsb.
MBG ini sebenarnya bukan Gratis karena ini dibayar oleh negara dari pajak rakyat.
Sungguh pintar penguasa membungkus program ini dengan kata² Bergizi dan Gratis tapi faktanya ini bukan Makan Bergizi Gratis tapi sudah menjadi Makan Beracun Ganas yang dibayar dari pajak rakyat meracuni generasi penerus untuk memperkaya pejabat yang jadi pengusaha dapur² MBG.
Jangan² biaya personil Badan Gizi Nasional dari pusat sampai daerah, gaji, honor dan operasional lainnya jauh lebih tinggi dari biaya makanan itu sendiri.
Jebakan korupsi yang selalu membayangi program/kebijakan populis di Indonesia. Kita punya banyak pengalaman getir yang membuat was-was bahwa program populis justru sering dibajak elite untuk dikorupsi.
Ideologi “birokratisme” yang bertemu dengan mentalitas korup tentu saja bisa menjebak MBG sebagai ladang korupsi. Anggaran MBG yang tidak sedikit, yang mencapai ratusan triliun rupiah, merangsang orang-orang bermentalitas korup menyusun siasat korupsi.
Tak pelak, isu miring akhirnya berhembus kencang. Di samping isu dapur fiktif yang jumlahnya ribuan, dapur MBG juga dituding dikuasai kalangan dekat kekuasaan termasuk orang-orang Partai Politik yang membuat peluang UMKM mengecil. Awas, korupsi pun siap menyergap. Sejarah membuktikan bahwa birokratisme, kolusi dan nepotisme berkerabat dekat dengan korupsi.
Masih segar dalam ingatan kita dana bansos ratusan triliun saja bisa dikorupsi apalagi dana MBG ini sangat rawan penyimpangan untuk dikorupsi juga. Pejabat penguasa merangkap pengusaha dapur yang makmur sehat tapi siswa siswi terkapar keracunan.
Kalau dikatakan program MBG ini menciptakan usaha dan lapangan kerja baru ini juga tidak benar, justru program ini mematikan puluhan ribu usaha kantin sekolah dan pedagang kecil jajanan disekitar sekolah.
MBG wajib berkualitas, menyehatkan, dan berdampak pada kesejahteraan umum. Bukan makin horor meracuni anak bangsa memperkaya pejabat korup.