TULANG MENGAPA DI GEREJA ADA BOM?
Pernahkah teman2 merasa bosan dan jenuh saat dirawat inap di rumah sakit? Mungkin selama seminggu?
Pasti merasa bosan dan jenuh banget ya. Saya pernah merasakan dirawat inap selama 2 minggu. Terbaring di ranjang rumah sakit selama 2 minggu. Dari pagi sampai pagi. Setiap hari.
Nah bagaimana kalau sampai bulanan. Atau tahunan? Apalagi jauh dari keluarga. Jauh dari rumah. Jauh dari teman-teman. Betapa menyiksanya bukan?
Saya tidak bisa membayangkan betapa jenuh dan bosan menderitanya orang yang mengalami sakit itu.
Seperti bocah 6 tahun Trinity korban bom terorisme Samarinda 3 tahun lalu.
Hampir 3 tahun sudah hidupnya dihabiskan di meja operasi. Di RS Samarinda 7 bulan. Di RS Guangzhou 2 tahun.
Seperti hari ini, ini sdh bulan ke 4 Trinity di Guangzhou. Saat teman2nya sudah masuk sekolah dasar, Trinity masih bertahan menunggu balon yang ditanam dipunggungnya cukup. Ia harus bersiap disayat kulitnya. Dioperasi. Setiap hari ia harus terapi fisioterapi. Agar otot jari tangannya bisa berfungsi kembali.
Syukurlah, di negeri Tirai Bambu ini Trinity banyak mendapat teman yang baik dan menyayanginya.
Seperti Minggu 25 Agustus lalu. Saya ikut ibadah gereja di Guangzhou International Christian Fellowship, GICF bersama dengan Ibu Trinity dan teman2nya di GZ.
Ibadah GICF bertempat di Ballroom Hotel Hilton Guanzhou lantai 3.
Gereja ini khusus buat foreigners. Orang lokal dilarang masuk. Setiap orang baru harus memperlihatkan paspornya baru diizinkan masuk. Pemerintah China memberi aturan ketat soal ini. Orang lokal hanya diperbolehkan ibadah di gereja lokal.
Di GICF boleh dibilang yang hadir berasal hampir dari semua negara di dunia. Ada dari Afrika, India, Eropa, Australia, Amerika Serikat, Amerika Latin, Korea.
Saya bertemu dengan Iyut. Warga Indonesia yang sudah 10 tahun tinggal di GZ. Iyut sering menemani Ibu Trinity dan Trinity. Menjadi penterjemah.
Iyut sangat sayang Trinity. Ia sangat akrab dengan Trinity. Bak kaka dan adiknya. Trinity juga suka bermanjaan dengannya.
Ada juga Sis Carren. Seorang guru English asal Mexico. Carren sudah 3 tahun mengajar di salah satu sekolah GZ. Ia nengajar di TK dan universitas.
Carren juga sangat sayang dengan Trinity. Sehabis gereja di GICF Hilton, kami makan siang di sebuah restoran China.
Trinity suka bermain dengan Carren. Suka bergelayut manja. Namanya guru TK tentu pintar menyenangkan bocah kecil. Mereka main tebak2an. Juga umpet umpetan.
Habis makan Carren dan Trinity bersembunyi di kolong meja. Entah apa yg mereka lakukan. Tapi saya mendengar suara tawa bersahutan dari kolong meja. Mereka sedang bermain.
Trinity banyak mendapat cinta dari orang baik. Orang baik yang datang dari segala suku bangsa. Orang yang punya rasa kemanusiaan. Welas asih. Rasa kemanusiaan itu tidak pandang bulu. Tidak pandang suku, ras, negara. Warna kulit. Asal usul.
Di GZ, saya melihat dan merasakan api kehangatan menyelimuti jiwa Trinity. Sekalipun Trinity sedih belum bisa bersekolah, tapi jiwanya dihangatkan pelukan banyak orang. Jiwanya tidak dibiarkan membeku. Hati Ity tidak membeku karena merasa sepi dan terbuang. Meskipun kulitnya dibakar oleh sesama saudara sebangsanya dari negara tempat kelahirannya. Tanah airnya sendiri.
"Tulang..kenapa di gereja rumah Tuhan ada bom sih? Kenapa Tuhan tidak jagain Ity. Ity kan jadi gak bisa sekolah jadinya", tanya Ity lirih saat di dalam gereja.
Saya terdiam. Tidak tahu menjawab apa. Jawaban apa yang bisa ku sampaikan pada bocah 6 tahun ini?
Ia masih terlalu polos untuk mengerti soal radikalisme, terorisme.
Ia masih terlalu lugu untuk mengerti bahwa banyak orang beragama tapi tidak berTuhan.
Ia masih terlalu kecil untuk mengerti banyak orang mencari surga tapi dengan jalan membakar dunia dan sesamanya manusia.
Ia masih terlalu bocah untuk mengerti banyak doktrin agama yang isinya kebencian dan permusuhan.
"Ity..tulang tak tahu jawaban untuk pertanyaanmu itu. Mengapa Tuhan tidak menjagamu dari bom itu. Tulang bukan Tuhan. Jadi gak bisa mewakilinya menjawab pertanyaanmu. Tapi Tulang punya air mata yang sama dengan air mata deritamu. Itulah mengapa tulang ada di sini mau memelukmu. Hanya air mata yang bisa menjawab pertanyaanmu itu".
Dan Ity pun menundukkan kepalanya.
Salam perjuangan penuh cinta
Birgaldo Sinaga
Sumber: Birgaldo Sinaga on FB
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2343657715847027&id=1820404924838978