"Kalau begini terus, lama-lama perusahaan bisa bangkrut dan karyawan juga bisa nggak kerja,” tuturnya, kepada HR Online, Jum’at (28/06/19).

Meski sekarang harganya sudah mulai naik di angka Rp 11 ribu, kata Ade, namun jumlah kerugian yang dialami peternak masih tetap besar. Jika dihitung dari harga per kilogram kerugiannya sebesar Rp 6-7 ribu.

Sedangkan, kalau harga per ekor kerugiannya bisa sampai Rp12-14 ribu. “Jumlah ayam yang diternak di sini ada 24 ribu ekor,” terangnya.

Ironisnya, lanjut Ade, kondisi harga jual ayam broiler di tingkat peternak anjlok, namun tak serta merta mempengaruhi harga jual daging ayam di pasar tradisional, yang mana harga daging ayam per kilogramnya mencapai Rp 28 ribu. Sementara, harga dari kandang hanya Rp 18 ribu.

“Kami harap pemerintah segera turun tangan untuk menstabilkan harga. Jangan hanya pedagang daging saja yang untung, tapi peternaknya juga harus untung,” harap Ade.

Pantauan HR Online di Pasar Banjar, Sabtu (29/06/2019), harga daging ayam broiler memang terhitung masih tinggi dibandingkan harga pembelian di tingkat peternak yang jauh di bawah harga standar.

Yeti, salah seorang penjual daging ayam di Pasar Banjar, mengakui, bahwa memang sejak beberapa hari lalu harganya masih di angka Rp 25 ribu, tapi dua hari ini naik lagi menjadi Rp 28 ribu per kilogramnya. (Muhlisin/R3/HR-Online)

Sumber: https://www.harapanrakyat.com/2019/06/peternak-ayam-broiler-di-banjar-terancam-bangkrut/amp/