
Foto: Ilustrasi: Edi Wahyono
Jakarta - Kalau ditanya jenis bisnis apa yang tak pernah padam, mungkin salah satunya adalah biro jodoh. Ketika jenis bisnis lain mulai tergerus perkembangan jaman, para pemain biro jodoh tetap saja eksis.
Dulu, ketika perkembangan internet belum begitu masif biro jodoh begitu berjaya. Lalu ketika semua bisnis bisa dibentuk melalui aplikasi, perusahaan biro jodoh masih bisa bertahan.
Saat ini jika dilihat begitu banyak aplikasi biro jodoh. Orang-orang begitu mudah mencari-cari calon pasangan melalui aplikasi itu. Namun para perusahaan biro jodoh tak khawatir keberadaan aplikasi-aplikasi itu.
"Sebenarnya nggak khawatir juga. Soal jodoh kan tergantung kendala masing-masing orang. Market kami berbeda," kata Asistant Branch Manager Lunch Actually, Yunita Ridevianti kepada detikFinance di Revenue Tower, Jakarta, Kamis (14/2/2019).
Yunita menilai, pangsa pasar dari aplikasi biro jodoh adalah mereka para 'jomblo' yang mempunyai banyak waktu untuk mencari pasangan. Melalui aplikasi penggunanya memang harus aktif mencari pasangan yang cocok.
Sementara perusahaan biro jodoh membidik para jomblo yang tak punya waktu untuk mencari pasangan, entah karena kesibukannya atau apapun itu. Selain itu perusahaan biro jodoh juga membantu kliennya untuk mencari pasangan yang sesuai kriteria yang dibutuhkan. Sehingga tidak membuang-buang waktu untuk pergi kencan berkali-kali.
"Market kita adalah orang-orang yang sebenarnya sudah siap menikah, tapi nggak punya waktu dan effort untuk mencari pilihan. Jadi kami nggak merasa terganggu dengan online dating karena memang beda marketnya," terangnya.
Buktinya perusahaan biro jodoh asal Singapura itu kini memiliki 900 anggota. Lunch Actually juga sudah ada di Indonesia selama 5 tahun dan 2 tahun lalu mengakuisisi biro jodoh lokal yang bernama Setipe.
Padahal Lunch Actually adalah perusahaan biro jodoh dengan klasifikasi eksklusif. Hanya menerima para pekerja profesional dengan biaya pendaftaran dari Rp 10 juta hingga Rp 129 juta.
Hal yang sama juga dibuktikan oleh Esron Pandapotan Pangabean. Bisnis biro jodohnya yang bernama Esron Club sudah berdiri sejak 2001 dan masih beroperasi hingga saat ini.
Esron Club sendiri menggarap pasar menengah ke bawah. Biaya pendaftarannya hanya Rp 500 ribu hingga Rp 5 juta. Jumlah anggotanya sudah mencapai 600 lebih.
"Kalau kami memberikan pendampingan hingga mereka bertemu kita dampingi juga. Pertemuannya di tempat yang layak dan kita jaga kredibilitas kita. Karena kita berorientasi jodoh yang murni," kata Esron.
Intinya selama manusia masih butuh berkembang biak dan memiliki kasih sayang, bisnis mak comblang akan selalu dibutuhkan bagi mereka yang sulit mendapatkan jodoh.
(das/eds)
Dulu, ketika perkembangan internet belum begitu masif biro jodoh begitu berjaya. Lalu ketika semua bisnis bisa dibentuk melalui aplikasi, perusahaan biro jodoh masih bisa bertahan.
Saat ini jika dilihat begitu banyak aplikasi biro jodoh. Orang-orang begitu mudah mencari-cari calon pasangan melalui aplikasi itu. Namun para perusahaan biro jodoh tak khawatir keberadaan aplikasi-aplikasi itu.
Yunita menilai, pangsa pasar dari aplikasi biro jodoh adalah mereka para 'jomblo' yang mempunyai banyak waktu untuk mencari pasangan. Melalui aplikasi penggunanya memang harus aktif mencari pasangan yang cocok.
Sementara perusahaan biro jodoh membidik para jomblo yang tak punya waktu untuk mencari pasangan, entah karena kesibukannya atau apapun itu. Selain itu perusahaan biro jodoh juga membantu kliennya untuk mencari pasangan yang sesuai kriteria yang dibutuhkan. Sehingga tidak membuang-buang waktu untuk pergi kencan berkali-kali.
"Market kita adalah orang-orang yang sebenarnya sudah siap menikah, tapi nggak punya waktu dan effort untuk mencari pilihan. Jadi kami nggak merasa terganggu dengan online dating karena memang beda marketnya," terangnya.
Buktinya perusahaan biro jodoh asal Singapura itu kini memiliki 900 anggota. Lunch Actually juga sudah ada di Indonesia selama 5 tahun dan 2 tahun lalu mengakuisisi biro jodoh lokal yang bernama Setipe.
Padahal Lunch Actually adalah perusahaan biro jodoh dengan klasifikasi eksklusif. Hanya menerima para pekerja profesional dengan biaya pendaftaran dari Rp 10 juta hingga Rp 129 juta.
Hal yang sama juga dibuktikan oleh Esron Pandapotan Pangabean. Bisnis biro jodohnya yang bernama Esron Club sudah berdiri sejak 2001 dan masih beroperasi hingga saat ini.
Esron Club sendiri menggarap pasar menengah ke bawah. Biaya pendaftarannya hanya Rp 500 ribu hingga Rp 5 juta. Jumlah anggotanya sudah mencapai 600 lebih.
"Kalau kami memberikan pendampingan hingga mereka bertemu kita dampingi juga. Pertemuannya di tempat yang layak dan kita jaga kredibilitas kita. Karena kita berorientasi jodoh yang murni," kata Esron.
Intinya selama manusia masih butuh berkembang biak dan memiliki kasih sayang, bisnis mak comblang akan selalu dibutuhkan bagi mereka yang sulit mendapatkan jodoh.
(das/eds)