Pak Sulaiman adalah guru honorer dan pendeta di Desa Wamerek, nun jauh di pedalaman pegunungan tengah, Lembah Baliem, Wamena.
[Cerita dari surga kecil yang jatuh ke bumi] https://t.co/FQmQD5MJiX
Saya menumpang satu malam di rumahnya yang sangat sederhana, perpaduan bangunan semi permanen dan honai, setelah berjalan kaki selama lima jam dari titik terakhir yang bisa diakses kendaraan.
Beliau sudah puluhan tahun menjadi guru honorer. Bisa dikatakan beliau menjadi satu satunya tenaga pengajar bagi anak didiknya, karena kepala sekolah dan guru PNS tinggal di kota. Mereka hanya datang sebulan sekali, di awal bulan atau saat ujian.
Bagi saya itu tidak adil. Tapi dari gesture dan raut mukanya, tidak sedikitpun beliau menampakkan keluhan terhadap sikap atasan dan rekan kerjanya.
Beliau satu satunya orang di kampungnya yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga sarjana, berkat dukungan missionaris dan tekad kuat mendidik anak anak Lembah Baliem agar bisa setara dengan anak anak daerah lain yang lebih maju.
Beliau sangat mencintai pekerjaannya. Setiap sore banyak anak yang berkumpul diberanda rumahnya untuk membaca buku dan belajar membaca atau berhitung, diluar jam sekolah.
Ketika saya tanya apakah gaji sebagai honorer cukup untuk kebutuhan rumah tangganya, beliau menjawab lebih dari cukup. Karena sebenarnya beliau tidak harus menjadi guru honorer jika hanya untuk memenuhi rumah tangganya.
Ladang dan kebun sudah memenuhi semua kebutuhan rumah tangganya. Menjadi guru honorer adalah bentuk pelayanannya terhadap Tuhan, sebagaimana beliau memimpin jemaatnya di setiap ibadah hari Minggu.
-end-
Oleh: Daniel Leonard Sinaga
Sumber: Twitter @daniellsinaga