KATA BERBALAS KATA
Oleh: Birgaldo Sinaga
Kemarin seorang teman pengacara menelepon saya. Ia menyayangkan kelakuan PSI membocorkan korespondensi email pribadi saya dengan PSI. Pembocoran itu dibalut framing pembunuhan karakter agar publik percaya bahwa selama ini Birgaldo Sinaga melawan keras PSI karena dibungkus kemarahan. Marah karena pernah melamar nyaleg tapi ditolak PSI.
Teman ini memberikan pandangan secara hukum bahwa tindakan pembocoran email ditambah framing pembunuhan karakter telah memenuhi unsur pidana sesuai dengan UU ITE. Ia memberikan nasihat jika saya keberatan bisa melaporkan dugaan pencemaran nama baik itu ke aparat hukun. Juga bisa memberikan somasi.
Beberapa teman juga memberi suport pada saya untuk membawa masalah ini secara hukum. Unsur mens rea atau niat jahatnya sudah ada di sana. PSI secara etis telah melanggar etika antara dua pihak yang berkomukasi tertutup.
Komunikasi tertutup ini tentu ketika dibocorkan oleh salah satu pihak akan berdampak secara hukum. Apalagi ditambah narasi pembunuhan karakter yang isinya berbeda dengan cerita sesungguhnya.
Saya sering difitnah, dihujat, diancam penggal bunuh pada masa membela Ahok. Seribu satu pesan bertebaran di media sosial membunuh karakter saya. Ada yang bilang saya adalah sutradara di balik skenario saat Ahok dipeluk kakak angkatnya mba Nana.
Sidang perdana Ahok, kebetulan saya yang mengabadikan momen saat Ahok dipeluk mba Nana di ruang tunggu PN Jln Hayam Wuruk. Foto saya menyebar ke seluruh penjuru umat 212 disertai caption tandai dan tangkap orang ini.
Lain waktu, saya dilaporkan laskar-laskar pemuda ke polisi. Pasalnya saya mengkritisi surat edaran walikota Batam soal natal. Ujungnya, kaki tangan walikota ini kelojotan. Saya dikeroyok habis2an. Polisi ditekan. Dan saya ladeni dengan taat hukum diperiksa polisi.
Lain waktu, saya juga dilaporkan Ferdinand Hutahaean pentolan Partai Demokrat. Saya dilaporkan karena menyerang Ferdinand dengan hoax. Kita tahu siapa Ferdinand saat pilgub DKI lalu dan masa Pilpres lalu. Ferdinand adalah hulunya kebencian. Pusat narasi kebencian dan penyebar hoax pada Ahok dan Jokowi. Saya melawan Ferdinand. Dan ujungnya saya dilaporkan ke polisi. ??
Dalam hidup, saya sering dilaporkan ke polisi. Tapi saya tidak pernah melaporkan orang ke polisi hanya karena kata-kata hinaan, caci maki, hujatan, fitnah dlsb. Biarkan sajalah. Kecuali jika setiap kata-kata hinaan dan caci maki itu membuat perut saya jadi betambah buncit. Atau gigi saya jadi tonggos. Pastilah si pemfitnah itu saya laporkan ke polisi.
"Pak Polisi.. Saya jadi buncit dan gigi tonggos ini gegara fitnahan si Jagaradut ini. Tolong tangkap dia pak"??
Lha ini kan kagak. Saya tetap ganteng tamvan rupawan mempesonah menarik penuh wibawa berkharisma. Preeettt. ?
Maka saya tidak mau memasukkan orang ke penjara. Untuk apa? Tidak ada untungnya juga dia masuk penjara. Malahan rugi. Negara jadi menanggung biaya makan minum tidurnya. Kecuali memang kalau dalam jiwa kita melekat nafsu kebinatangan. Senang melihat orang susah, susah melihat orang senang. Maunya melihat orang itu mampus aja.
Nah terkait dengan nasihat lawyer teman saya itu. Saya punya pegangan kata berbalas kata. Jika PSI punya niat jahat mau menghancurkan karakter saya biarlah publik menilai. Saya hanya cukup membalasnya dengan kata-kata saja.
Saya sebenarnya miris melihat organisasi partai PSI ini. Bagaimana mungkin mereka bisa membocorkan email yang semua dunia tahu code of conduct dalam berkorespondensi itu harus menjaga rahasia. Ibarat etika kedokteran. Para dokter bersumpah menjaga rahasia pasiennya. Jika berani membocorkan ke luar bersiaplah dipecat jadi dokter. Bisa dituntut pasien.
Bagaimana mungkin PSI dapat trust jika dalam hal kecil begini saja sudah tidak bisa dipercaya. Omong kosong ngomong soal negara jika hal kecil begini tidak punya etika. Jangan2 nanti jika Presiden Jokowi berkirim pesan chat atau email kalau sudah tidak sejalan akan dibocorkan ke publik. Kan repot sedunia jadinya.
Lalu apakah saya menuntut secara hukum PSI?
Ya tidaklah. Untuk apa? Pengen PSI mati? Pengen PSI hancur? Apa untungnya? Apa manfaatnya? Tidak ada bukan?
Saya malah berharap PSI tumbuh berkembang bertunas merindangi republik ini dengan nilai2 yang baik. Memberi manfaat bonnum comune. Saya tidak ingin PSI mati seperti tanaman yang layu sebelum berkembang.
Agar tumbuh mekar, siramilah pohon itu dengan nilai perjuangan yang kokoh dan berkarakter kuat. Rawatlah pohon itu dengan pupuk keringat peluhmu. Dengan cintamu. Jika ada hama dan benalu potong dan basmi hama benalu itu. Jangan kasih tempat.
Sayangnya, akarmu belum kuat, dahanmu belum besar kamu malah mau mematahkan dahan pohon orang lain. Padahal dahan, daun orang lain itu memberimu tempat dalam taman safari politik nasional.
Saya tidak mau kalian mati karena hal remeh temeh soal hukum ini. Jikalaupun kalian mati, biarlah mati karena proses evolusi politik yang tidak sanggup kalian lewati. Memang begitulah evolusi. Kejam dan keras. Siapa tidak siap dengan perubahan akan tergilas oleh evolusi itu sendiri.
So, saya sampaikan ke teman lawyer bahwa saya tidak akan melaporkan soal ini ke aparat hukum.
Saya hanya berharap Grace Natalie mengirim pesan permohonan maaf kepada saya karena sebagai nakhoda kapal Grace telah gagal memastikan etika berorganisasi berjalan dengan baik dan benar.
Tak ada manusia yang sempurna. Itulah sebabnya kita membenahi diri terus menerus.
Satu lagi.. Oh ya bagaimana janjimu Sis Grace akan bicara soal Ninoy Karundeng? Apakah Ninoy masih diproses hukum?
Salam perjuangan penuh cinta
Birgaldo Sinaga
Sumber: https://www.facebook.com/1820404924838978/posts/2303873559825443/