Saya menyebut kata, (lagi), karena sejatinya dahulu pernah terjadi peristiwa ‘Granat Cikini’ pada tanggal 30 November 1957, sasarannya adalah Presiden Soekarno sendiri! Senjata yang dipakai tidak main-main -granat nanas- dan bukan hanya satu, tetapi beberapa buah!
Pelaku salah perhitungan. Saat granat pertama, sebagai pemancing, telah meledak, diperkirakan Presiden dan dua anaknya -Guntur Soekarno Putra dan Megawati Soekarno Putri- akan dibawa Pengawal Presiden berlindung masuk ke dalam mobil kepresidenan, sebuah Chrysler Crown Imperial hadiah Raja Arab Saudi, maka granat kedua dan seterusnya dilemparkan para pelaku, ya, ke arah mobil! Nyatanya, Presiden dan keluarga justru dibawa masuk berlindung ke rumah terdekat dari TKP! Selamatlah Sang Proklamator. Mobil hancur, 7 orang meninggal seketika, dua di rumah sakit dan ratusan orang terluka dan cacat seumur hidup.
Penyerangnya sungguh biadab. Korbannya sebagian besar anak-anak, karena Soekarno memang tengah diundang untuk memperingati ulang tahun ke-15 Perguruan Cikini, tempat Guntur dan Mega sekolah.
Penyerangan nekad pada Soekarno dan Wiranto, bisa dibilang terkait masalah politik, namun peristiwa paling konyol adalah upaya pembunuhan terhadap presiden AS ke-40, Ronald Reagan, pada 30 Maret 1981 di halaman Hotel Hilton Washington, dilakukan oleh pelaku tunggal-John Hinckley Jr – semata-mata karena ingin menarik perhatian artis idolanya, Jodie Foster!
Setelah menonton film Taxi Driver (produksi 1976, sutradara Martin Scorsese) yang dibintangi oleh Jodie, Hinckley rupanya naksir berat. Segala upaya ia lakukan agar Jodie tahu kalau ia sungguh cinta dan mabuk kepayang. Puluhan surat dan telepon tak membuahkan hasil, maka, jalan sinting pun ia lakukan.
Pelaku tahu kalau Reagan akan lewat di depannya setelah pidato, celakanya, Secret Service (pengawal Presiden) melakukan kesalahan fatal dengan membiarkan kerumunan massa –tak disteril- bisa mendekat hingga berjarak hanya lima meter dari Presiden, termasuk Hinckley!
Penggemar gila itu segera mencabut revolver Rohm RG-14 kaliber 22 mm, dan memberondong 6 peluru dalam waktu 1,7 detik! Karena tegang sendiri, gugup atau amatir, semua tembakan meleset!
Begitu letusan pertama terdengar, secara naluri beberapa pengawal segera menubruk Presiden agar tiarap, saat itulah salah satu peluru yang mengenai mobil kepresidenan justru memantul balik ke arah Presiden! Merobek lengan bawah, menjebol iga dan menembus paru-paru! Limosin kepresidenan memang dibuat tahan peluru, tapi baja yang melapisi mobil itu jutru hendak membunuh Reagan!
Sempat mengalami kritis gawat, namun berkat kesigapan tim medis, nyawa Reagan berhasil diselamatkan.
Nah, ternyata Soekarno, Reagan dan Wiranto mengalami upaya pembunuhan dengan pola yang sama: mereka diserang pada saat acara utama TELAH selesai!
Soekarno hendak pulang, Reagan selesai pidato dan Wiranto saat menuju helikopter yang akan membawanya kembali ke Ibukota.
Mengapa setelah usai acara? Ya, karena di saat itulah penjagaan biasanya mulai mengendur, petugas -bisa jadi- telah lelah karena terus bersiaga semenjak pagi. 'Human error' seperti ini bisa terjadi dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja. Agaknya momen inilah yang harus segera diantisipasi di masa mendatang.
Dan, mirisnya, di saat nyawa pejabat penting negara sedang dalam bahaya, terdengar cuitan konyol seorang anggota DPRD, SR, yang menuduh peristiwa itu hanya settingan! Kemana suaramu, Bu, saat seorang dosen ketahuan membuat serangkaian bom teror?
Atau, seorang artis –meragukan – penyerangan, dengan berkicau: “kalau niatnya emang membunuh, kenapa pisaunya kecil ya”
Betapa bodoh cara berpikirnya. Mari saya balik: kalau senjata tajam kecil, yang dengan mudah bisa disembunyikan, bisa mematikan, mengapa harus berisiko membawa yang panjang? Bukankah di tangan seorang pembunuh profesional sebuah pulpen bisa juga menjadi senjata yang mematikan?
Sesuai judul tulisan –Clear and Present Danger- sejatinya adalah novel (yang sudah difilmkan dengan titel yang sama), karangan Tom Clancy (The hunt for Red October, Patriot Games, Cardinal of The Kremlin, The Sum of All Fears) penulis spionase dan teknologi militer idola saya, yang terkenal akan detilnya, merupakan kutipan ucapan Admiral James Greer saat ia mengetahui ancaman narkoba dari Amerika Selatan sudah dalam taraf membahayakan keamanan nasional karena bisa ‘membeli’ pejabat tinggi di lingkungan Gedung Putih, “Its clear and present danger” Jadi, jaringan narkoba harus dibasmi hingga ke akar-akarnya.
Maka, penyerangan di Menes jelas sudah membahayakan nyawa pejabat tinggi negara dan Keamanan Nasional dipertaruhkan, maka, saya juga bisa bilang, “its clear and present danger!”
NKRI harus dilindungi!
Gunawan Wibisono
foto 1: upaya pembunuhan Presiden Ronald Reagan.
foto 2: Peristiwa di alun-alun Menes, Pandeglang, Banten. (Detik)
Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2686536461437722&id=803774136380640