fbpx

Kisah Putri Batak Lulus ITB Bikin Haru Reni Silaban Yatim Piatu Ibu Meninggal Kena Kanker

 

Kisah Putri Batak Lulus ITB, Reni Romaulina Silaban Yatim Piatu, Ibu Meninggal Kena Kanker - Tribunjabar/hildarubiah

Reni menceritakan hal itu sambil menitikan air mata terjatuh dengan deras, sesekali Reni menyapunya dengan kedua tangannya.
Sambil membesarkan hati, Reni berusaha tegar dan terus melanjutkan ceritanya.

 

Dia pun lanjut bercerita, dokter mulai berpesan kepadanya, di akhir masa ibunya Reni harus membuat ibunya bahagia.

Reni mengaku tidak tahu harus berbuat apa, dia mendapatkan banyak saran dari para tetangganya untuk tabah dan mendorong motivasinya agar kuat menghadapi kenyataan tersebut.
Kendati begitu, satu tahun Reni menutupi kesedihannya, setiap kali dia pulang Reni harus membuat agar suasana menjadi bahagia di depan ibunya.
Akan tetapi, tidak sanggup menahan tangis, setiap menit Reni harus pergi ke kamar mandi dan menangis sejadi-sajadinya.
Hingga suatu ketika, dokter pun harus mulai mengambil tindakan untuk memberi tahu penyakit yang diderita pasiennya itu sesuai prosedur yang ada.

Dari sanalah kemudian ibu Reni akhirnya tahu dan menghadapi kenyataannya dengan berusaha tegar di hadapan putrinya.
Tak dapat dibendung, justru Reni yang malah menangis pecah di hadapan ibunya yang begitu tegar mendapati penyakit yang diidapnya.
"Saya berusaha keras tegar, mamah pun malah bepikir mungkin karena kelelahan, pikirnya," ujarnya.
Ditempa ujian tersebut, Reni sempat merasa putus asa dan berpikir untuk berhenti kuliah, mengingat dia harus mengurusi keluarga, rumah sakit, dan adik-adiknya di rumah.
Namun, lagi-lagi Reni bersyukur masih banyak orang yang peduli terhadapnya.

Reni mendapatkan nasihat dari keluarganya untuk tetap melanjutkan kuliah.
"Saya berpikir jika berhenti kuliah terus adik-adik nanti seperti apa, kalau berhenti, perjuangan mamah selama ini sia-sia mamahkan sudah anterin saya sampa ke titik ini, sampai akhirnya saya bolak-balik Purwakarta Bandung untuk mengurus ibu saya," katanya.
Selama dua tahun kuliah, Reni merasakan kuliahnya itu berantakan keteteran.
Namun, lagi-lagi dia beruntung dan bersyukur mempunyai teman yang mau membantunya ketika tertinggal materi kuliah.
Ditambah lagi, Reni mendapatkan bantuan penggalangan dana dari KM ITB, Kestra HMTL, Donatur Orangtua 76 dan 86.

Dia juga mengaku beruntung karena mempunyai dosen-dosen yang baik dan mengerti keadaannya.
"Bersyukur saya punya pemerintah yang baik mendapatkan beasiswa full dari Bidikmisi, dosen-dosen sangat mengerti keadaan dan teman-teman juga, mereka selalu menyemangati, bahkan memberikan dana," ujar Reni.
Sampai akhirnya ibu Reni tiada adalah masa terberatnya ketika menginjak semester tujuh, Reni mengaku begitu berat dan merasa sangat ketinggalan materi kuliah.
Namun Reni terbantu oleh teman-temannya yang mau menjelaskan materi yang terlewat dan tak ragu untuk meminjamkan catatan kepadanya.

Walaupun telah menghadapi ujian terberat dalam hidupnya, Reni bisa bangkit dari keterpurukannya.
Faktor yang membuat dirinya bangkit adalah karena adik-adiknya dan melihat perjuangan sosok ibunya selama ini.
"Hal itu juga membuat saya bangkit dan kuat, melihat kondisi mamah, yang tidak pernah mengeluh kalau pun capek. Adik-adik saya yang masih membutuhkan tumpuan orang dewasa. Karena saya merasa sekarang saya yang menjadi tumpuan mereka, ngurusin uang, kontrakan, makan, pendidikan, biaya hidup, termasuk mendidik adik-adik di rumah," ungkapnya.
Ingin membalas ketertinggalannya berkaktivitas di kampus, Reni memutuskan untuk aktif dalam beberapa organisasi di antaranya di IMTLI (Ikatan mahasiswa Teknik lingkungan Indonesia) sebagai ketua gerakan memilah sampah regional Jawa Barat, kemudian menjadi Delegate of Indonesia ASEAN January Universitas Youth Summit 2017 Republic of the Philippines.

Beberapa kali, Reni juga aktif di himpunan HMTL ITB.
"Karena sadar kemarin sempat gak ikut organisasi selama dua tahun kuliah, akhirnya aktif ikut training dan seminar terkait OHSAS dan ISO," ujarnya.
Tidak berhenti di situ, pada September 2018 ini Reni bahkan berhasil menorehkan prestasinya meraih juara 1 kompetisi Insvasi (Inovasi Sains) di Bali tingkat nasional, kategori instrumen produk unggulan dengan penelitian mengenai "Elektrokoagulasi sebagai metode pengolahan limbar cair coolant".
Bahkan, Reni pun mendapatkan penghargaan tugas akhir terbaik pada program studi Teknik Lingkungan 2014.
"Seenggaknya, aku kejar dengan cerdik mengisi keunggulan, karena kan untuk cari kerja gak mungkin isi cv cerita hidup, pastinya aku tonjolkan dengan prestasi," ungkapnya.

Reni menceritakan hal itu sambil menitikan air mata terjatuh dengan deras, sesekali Reni menyapunya dengan kedua tangannya.
Sambil membesarkan hati, Reni berusaha tegar dan terus melanjutkan ceritanya.

Dia pun lanjut bercerita, dokter mulai berpesan kepadanya, di akhir masa ibunya Reni harus membuat ibunya bahagia.

Reni mengaku tidak tahu harus berbuat apa, dia mendapatkan banyak saran dari para tetangganya untuk tabah dan mendorong motivasinya agar kuat menghadapi kenyataan tersebut.
Kendati begitu, satu tahun Reni menutupi kesedihannya, setiap kali dia pulang Reni harus membuat agar suasana menjadi bahagia di depan ibunya.
Akan tetapi, tidak sanggup menahan tangis, setiap menit Reni harus pergi ke kamar mandi dan menangis sejadi-sajadinya.
Hingga suatu ketika, dokter pun harus mulai mengambil tindakan untuk memberi tahu penyakit yang diderita pasiennya itu sesuai prosedur yang ada.

Dari sanalah kemudian ibu Reni akhirnya tahu dan menghadapi kenyataannya dengan berusaha tegar di hadapan putrinya.
Tak dapat dibendung, justru Reni yang malah menangis pecah di hadapan ibunya yang begitu tegar mendapati penyakit yang diidapnya.
"Saya berusaha keras tegar, mamah pun malah bepikir mungkin karena kelelahan, pikirnya," ujarnya.
Ditempa ujian tersebut, Reni sempat merasa putus asa dan berpikir untuk berhenti kuliah, mengingat dia harus mengurusi keluarga, rumah sakit, dan adik-adiknya di rumah.
Namun, lagi-lagi Reni bersyukur masih banyak orang yang peduli terhadapnya.

Reni mendapatkan nasihat dari keluarganya untuk tetap melanjutkan kuliah.
"Saya berpikir jika berhenti kuliah terus adik-adik nanti seperti apa, kalau berhenti, perjuangan mamah selama ini sia-sia mamahkan sudah anterin saya sampa ke titik ini, sampai akhirnya saya bolak-balik Purwakarta Bandung untuk mengurus ibu saya," katanya.
Selama dua tahun kuliah, Reni merasakan kuliahnya itu berantakan keteteran.
Namun, lagi-lagi dia beruntung dan bersyukur mempunyai teman yang mau membantunya ketika tertinggal materi kuliah.
Ditambah lagi, Reni mendapatkan bantuan penggalangan dana dari KM ITB, Kestra HMTL, Donatur Orangtua 76 dan 86.

Dia juga mengaku beruntung karena mempunyai dosen-dosen yang baik dan mengerti keadaannya.
"Bersyukur saya punya pemerintah yang baik mendapatkan beasiswa full dari Bidikmisi, dosen-dosen sangat mengerti keadaan dan teman-teman juga, mereka selalu menyemangati, bahkan memberikan dana," ujar Reni.
Sampai akhirnya ibu Reni tiada adalah masa terberatnya ketika menginjak semester tujuh, Reni mengaku begitu berat dan merasa sangat ketinggalan materi kuliah.
Namun Reni terbantu oleh teman-temannya yang mau menjelaskan materi yang terlewat dan tak ragu untuk meminjamkan catatan kepadanya.

Walaupun telah menghadapi ujian terberat dalam hidupnya, Reni bisa bangkit dari keterpurukannya.
Faktor yang membuat dirinya bangkit adalah karena adik-adiknya dan melihat perjuangan sosok ibunya selama ini.
"Hal itu juga membuat saya bangkit dan kuat, melihat kondisi mamah, yang tidak pernah mengeluh kalau pun capek. Adik-adik saya yang masih membutuhkan tumpuan orang dewasa. Karena saya merasa sekarang saya yang menjadi tumpuan mereka, ngurusin uang, kontrakan, makan, pendidikan, biaya hidup, termasuk mendidik adik-adik di rumah," ungkapnya.
Ingin membalas ketertinggalannya berkaktivitas di kampus, Reni memutuskan untuk aktif dalam beberapa organisasi di antaranya di IMTLI (Ikatan mahasiswa Teknik lingkungan Indonesia) sebagai ketua gerakan memilah sampah regional Jawa Barat, kemudian menjadi Delegate of Indonesia ASEAN January Universitas Youth Summit 2017 Republic of the Philippines.

Beberapa kali, Reni juga aktif di himpunan HMTL ITB.
"Karena sadar kemarin sempat gak ikut organisasi selama dua tahun kuliah, akhirnya aktif ikut training dan seminar terkait OHSAS dan ISO," ujarnya.
Tidak berhenti di situ, pada September 2018 ini Reni bahkan berhasil menorehkan prestasinya meraih juara 1 kompetisi Insvasi (Inovasi Sains) di Bali tingkat nasional, kategori instrumen produk unggulan dengan penelitian mengenai "Elektrokoagulasi sebagai metode pengolahan limbar cair coolant".
Bahkan, Reni pun mendapatkan penghargaan tugas akhir terbaik pada program studi Teknik Lingkungan 2014.
"Seenggaknya, aku kejar dengan cerdik mengisi keunggulan, karena kan untuk cari kerja gak mungkin isi cv cerita hidup, pastinya aku tonjolkan dengan prestasi," ungkapnya.

Demikian hingga akhirnya Reni pun lulus dan menerima pujian predikat sebagai wisudawati berprestasi dan inspiratif.
Reni diwisuda pada 20 Oktober 2018, bertepatan dengan hari jadinya 20 Oktober 1995 menginjak usianya ke 23.
Prestasi gemilang dan pujian tersebut, tak lain Reni persembahkan untuk orangtuanya, khususnya ibunya yang telah mengantarkannya meraih keberhasilannya itu.


Bagi Reni, setiap orang mempunyai persoalan hidupnya masing-masing.
Tapi, yang menjadi beda adalah bagaimana cara seseorang itu menghadapi masalah tersebut.
"Tuhan pasti sediakan jalan buat kita, kejar terus mimpi jangan kalah dengan keadaan, karena sebetulnya keadaanlah yang membentuk kita," pesannya. Reni pun lulus dan menerima pujian predikat sebagai wisudawati berprestasi dan inspiratif.


Reni diwisuda pada 20 Oktober 2018, bertepatan dengan hari jadinya 20 Oktober 1995 menginjak usianya ke 23.
Prestasi gemilang dan pujian tersebut, tak lain Reni persembahkan untuk orangtuanya, khususnya ibunya yang telah mengantarkannya meraih keberhasilannya itu.


Bagi Reni, setiap orang mempunyai persoalan hidupnya masing-masing.
Tapi, yang menjadi beda adalah bagaimana cara seseorang itu menghadapi masalah tersebut.
"Tuhan pasti sediakan jalan buat kita, kejar terus mimpi jangan kalah dengan keadaan, karena sebetulnya keadaanlah yang membentuk kita," pesannya.

 

sumber : https://bit.ly/2qjYNan


Add comment


Security code
Refresh