Top Stories
-
Mahkamah Agung Anulir Putusan Vonis Lepas 3 Terdakwa Korporasi Kasus Korupsi
-
Sindikat Pembobol Bank Rp 204 Miliar Mengaku Satgas Perampasan
-
Manfaat Minum Air Putih Hangat dan Waktu yang Tepat agar Langsing
-
Makan Bergizi Gratis atau Makan Beracun Ganas?
-
Peneliti Korea Temukan Teknologi Baterai Mobil Yang Dapat Mengisi 12 Menit Dengan Jarak Tempuh 800 KM
-
Ini Alasan Dilarang Pakai Sandal Hotel Saat Sarapan Menurut Chef
Search
- Details
- Category: News of the Day
- ZA Sitindaon By
- Hits: 344
Belajar ke China
Belajar ke China.
Banyak nitizen yang komentari saya terlalu menjadikan China sebagai contoh. Alasan saya sederhana. China penduduknya 5 kali lebih besar dari Indonesia. SDA China tidak lebih besar dari Indonesia. China menganut politik totaliteranian. Banyak hal yang saya tidak setuju dengan pembangunan China. Namun banyak juga saya setuju. Karena saya bukan akademis, saya terbiasa membaca realita yang ada dan mencari tahu dari orang orang yang mengalami realita itu. Mengapa begini? mengapa begitu. Itu sudah nature saya. Kan saya engga mungkin menjadikan Brunei atau Arab yang penduduknya lebih kecil dari Indonesia untuk hal yang berkaitan dengan social engineering.
Orang tua kami menasehati kami, banyak berjalan banyak dilihat. Lama hidup banyak dirasa. Banyak membaca, banyak paham. Artinya ilmu hikmah itu adalah pengalaman dan yang dialami.
Nabi pernah bersabda, “ Tuntutlah ilmu sampai ke negeri CHina. “ Tapi hadith ini dibantah sebagai hadith yang shohih. Alasannya Islam engga perlu belajar dari China dan lagi China itu komunis. Saya tidak akan berdebat apakah hadith itu salah atau benar. Karena sayapun saya tidak lahir di zaman Nabi. Berdebat soal dalil agama akan membuat saya semakin bego. Namun akal saya hanya melihat fakta sejarah. Dari memahami sejarah, kita akan sampai menemukan hikmah dibalik berbagai peristiwa.
Nabi Muhammad lahir di Mekah pada 570 dan wafat di Madinah tahun 632. Ketika Era Nabi, China berada di bawah Dinasti Tang yang kelak digantikan oleh Dinasti Song. Saat itu China mengalami Zaman. Keemasan” (Golden Age) karena maju pesat di berbagai bidang: pendidikan, seni, sastra, budaya, politik-pemerintahan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Chang’an (kini Xi’an) sebagai ibu kota, menjelma menjadi kota kosmopolitan dan pusat peradaban yang masyhur kala itu. Banyak para sastrawan, sarjana, dan ilmuwan hebat lahir pada masa ini.
Bagaimana dengan sistem pemerintahan China ketika itu? Dinasti Tang menerapkan sistem pemerintahan terbuka. Hanya orang yang punya kapabilitas, kompetensi dan intelektualitas (bukan KKN) yang berhak duduk di pemerintahan. Proses seleksi sangat ketat dan terbuka. Pada Dinasti Tang pula sistem clearing perdagangan imbal beli dengan jaminan emas diperkenalkan keseluruh dunia. Yang menjadi mitra dagangnya seperti Arab, Persia, Maroko dan Afrika Utara dan Barat. Ini dihubungkan melalui Jalur Sutera (Silk Road). Untuk mendukung sistem perdagangan itu, Dinasti Tang menyediakan ribuan kapal dan pejelajah darat yang hebat. Juga menyediakan World trade Center bernama Fan Fang, untuk menampung para pedagang dan pelayar dari Timur Tengah dan Afrika ini.
Ketika itu Jeddah adalah pusat perdagangan dan pelayaran di Semenanjung Arabia. Kota pelabuhan ini ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagai belahan dunia. Melalui mereka lah Nabi mendapat cerita kehebatan peradaban China. Mungkin alasan logis mengapa Nabi sampai mengeluarkan sabda bahwa tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Kelak, setelah Rasul wafat , Khalifah Usman bin Affan, menunjuk Sa’ad bin Abi Waqash pahlawan penakluk Persia untuk memimpin delegasi kaum Muslim ke China guna menjalin persahabatan dengan Dinasi Tang. Bahkan konon beliau wafat dan dimakamkan di China.
Ketika Arab masih era Jahiliah, Eropa masih gelap dan kelaparan, China sudah mengenal baju sutera dan tekhologi baja. Organisasi pemerintahan yang tertip. Artinya mereka lebih dulu mengenal peradaban modern. China sekarang adalah China yang bangkit dari sejarah lama dan belajar dari hal yang baik dimasa lalu dan memperbaiki hal yang buruk. Dan lagi Komunis di China baru ada di era Mao sampai sekarang. Namun itupun komunis China tidak mengubur budaya mereka. Mereka besar karena budayanya, bukan karena komunis. Lantas apa salahnya kitapun belajar dari China? Tentu untuk hal yang baik.
Oleh: Wawan Suwandi
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1317125818788261&id=100014725653904