fbpx

IMG 20231005 WA0014Pialang memantau pergerakan saham di sebuah perusahaan sekuritas di Jakarta. (Investor Daily/David Gita Roza)

JAKARTA, investor.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia terkoreksi dalam hingga 54,31 poin atau 0,78% ke posisi 6.886 pada perdagangan Rabu (4/10/2023). Nilai tukar rupiah yang terus melemah hingga menyentuh Rp 15.636 per dolar AS, terendah sejak Maret 2023, diduga menjadi biang kerok anjloknya IHSG. Sinyal hawkish the Fed dan kenaikan imbal hasil surat utang AS makin memperberat langkah IHSG pada perdagangan kemarin.

“Penguatan dolar AS (terhadap rupiah) menjadi sentimen negatif yang menekan IHSG,” kata Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki kepada Investor Daily, Rabu (4/10/2023).

Yaki menambahkan, koreksi di pasar AS dan kenaikan imbal hasil (yield) surat utang AS untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun turut memiliki andil dalam menyeret indeks ke zona merah.

Senada dengan Yaki, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memandang, sentimen negatif dari global masih cukup kuat memengaruhi gerak IHSG. Adanya sinyal hawkish dari the Fed yang mengisyaratkan pengetatan kebijakan moneter berupa kenaikan suku bunga, menjadi pemberat bagi IHSG pada perdagangan kemarin.

Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya mengungkapkan, IHSG dan indeks saham Asia yang babak belur pada perdagangan Rabu, mengikuti penurunan bursa AS. Pelemahan pasar saham global tersebut ditengarai akibat imbal hasil treasury AS bergerak lebih tinggi, yang memberikan indikasi the Fed mempertahankan kebijakan Higher-for-Longer. Artinya, suku bunga AS akan tetap tinggi, sehingga mendongkrak imbal hasil treasury AS dan dolar AS.

“Pasar mengekspektasikan potensi kenaikan the Fed dan Bank Indonesia, dan memperkirakan kenaikan Fed Fund Rate akan terjadi sekali lagi pada November 2023,” tulis Pilarmas dalam risetnya, Rabu (4/10/2023).

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester sebelumnya mengatakan bahwa the Fed masih harus menaikkan tingkat suku bunga sekali lagi pada tahun ini dan menahannya lebih lama. Dengan demikian, suku bunga AS akan mencapai 5,50-5,75%.

“Tentunya ini akan membuat paritas suku bunga antara BI7DRR & The Fed menjadi nol dan menambah beban pada rupiah, sehingga akan berdampak terjadi capital outflow,” tulis Pilarmas

Monitor Support

Analis NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan, dalam kondisi seperti ini, pelaku pasar harus bersiap sedia memonitor support masing-masing agar tidak jebol. “Saham-saham yang sudah naik tinggi juga harus di posisi trailing stop agar tidak terseret turun,” ujar dia kepada Investor Daily, Rabu (4/10/2023).

Liza menyarankan apabila terjadi technical rebound IHSG hingga level 6.920-6.930, kesempatan itu bisa dimanfaatkan untuk mengurangi posisi jual di harga yang lebih baik. “Intinya, kita menunggu nilai tukar rupiah stabil, sambil memantau data tenaga kerja AS di pekan ini, yang semoga berhenti memberi kejutan-kejutan di atas perkiraaan,” tutur dia.

NH Korindo melihat, tanda-tanda pasar tenaga kerja AS masih ketat, yang makin menambah kekhawatiran bahwa the Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga lagi di tahun ini. Hal itu tentunya akan mendorong imbal hasil US Treasury 10 tahun dan 30 tahun ke level tertinggi sejak tahun 2007.

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tulis NH Korindo Sekuritas, masih tetap bertahan di area resistaance pada harga Rp 15.615, setelah sempat menyentuh titik tertinggi Rp 15.659, walau RSI negative divergence.

Secara terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyebutkan, koreksi IHSG menjadi momentum tepat untuk membeli saham-saham yang harganya sedang terdiskon. “Apalagi pada saham-saham perusahaan yang berpotensi membukukan pertumbuhan pada tahun ini. Salah satu caranya bisa dilihat dari laporan keuangan,” kata dia.

Nafan meyakinkan pelaku pasar agar tidak perlu khawatir dengan adanya koreksi IHSG. Kondisi itu justru bisa dimanfaatkan untuk memetakan investasi yang tepat dan mencermati saham-saham yang sudah terdiskon.

Di tengah longsornya IHSG, beberapa saham justru mencatatkan kenaikan harga, mulai dari saham FIRE hingga JAWA. Adapun total nilai transaksi kemarin mencapai Rp 12,5 triliun. Sebanyak 120 saham tercatat naik, 439 saham turun, dan 195 stagnan.

Lima saham tercatat naik paling tinggi, antara lain saham PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) sebesar 34,5% menjadi Rp 109, PT Jasa Berdikari Logistics Tbk (LAJU) 31,2% menjadi Rp 84, dan PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) 25% menjadi Rp 3.600. Kemudian, saham PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk (PDES) yang melonjak 24,6% menjadi Rp 476 dan PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) 19,3% menjadi Rp 105.

Sebaliknya, penurunan tajam melanda saham PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM) sebesar 9,4% menjadi Rp 115, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) 8,6% menjadi Rp 190, PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON) 8,6% menjadi Rp 127, PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) 7,3% menjadi Rp 88, dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) 7,3% menjadi Rp 8.500.

Sumber: investor.id


Add comment


Security code
Refresh