Haeil, Drone Tempur Bawah Laut Berkekuatan Nuklir Bikinan Korut
Ilustrasi (Foto internet)
Korea Utara (Korut) mengklaim telah menguji coba drone tempur yang bisa beroperasi di bawah laut. Korut menyatakan drone itu berkemampuan nuklir dan mampu menghasilkan tsunami radioaktif.
Dilansir Reuters, Jumat (24/3/2023), kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), menyebut uji coba itu dilakukan dalam latihan militer terbaru yang digelar Pyongyang pada Kamis (23/4) waktu setempat.
KCNA menyebut drone baru buatan Korut itu bisa meluncur di bawah laut
pada kedalaman 80 hingga 150 meter selama lebih dari 59 jam. Korut juga mengklaim drone itu diledakkan di perairan lepas pantai timur negara itu.
Drone itu disebut sebagai 'Haeil' atau yang berarti tsunami. Menurut KCNA, sistem drone itu dimaksudkan untuk melakukan serangan diam-diam di perairan musuh.
KCNA menyatakan sistem drone tersebut mampu menghancurkan kelompok serbu angkatan laut dan pelabuhan operasional utama dengan membuat gelombang radioaktif skala super melalui ledakan bawah laut.
"Drone tempur bawah laut nuklir ini bisa dikerahkan ke pantai dan pelabuhan manapun atau ditarik oleh kapal permukaan untuk operasi," sebut KCNA dalam laporannya.
Pemimpin Korut, Kim Jong Un, disebut mengawasi langsung uji coba drone tersebut. Tidak diketahui secara jelas apakah Pyongyang telah sepenuhnya mengembangkan hulu ledak nuklir versi mini untuk bisa dimuat pada persenjataan yang berukuran lebih kecil.
Uji Coba Rudal Jelajah
Sebelumnya, Korut juga menembakkan beberapa rudal jelajah pada Rabu (22/3). Ini merupakan peluncuran terbaru yang dilakukan saat Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) sedang melakukan latihan militer bersama.
"Militer Korea Selatan telah mendeteksi beberapa rudal jelajah yang diluncurkan ke Laut Timur oleh Korea Utara," kata Kepala Staf Gabungan Seoul dalam sebuah pernyataan, mengacu pada perairan yang juga dikenal sebagai Laut Jepang.
"Spesifikasi terperinci sedang dianalisis oleh otoritas intelijen Korea Selatan-Amerika Serikat," imbuhnya seperti dilansir kantor berita AFP.
Kerja sama militer AS dan Korsel sendiri ditingkatkan setelah satu tahun uji coba senjata Korut memecahkan rekor. Pada 13 Maret lalu, kedua negara memulai latihan militer gabungan terbesar mereka dalam lima tahun.
Latihan yang dikenal sebagai Freedom Shield ini merupakan latihan gabungan AS-Korsel tersebut akan berlangsung selama setidaknya 10 hari. Militer Korsel mengatakan akan "berhasil menyelesaikan latihan Freedom Shield bersama yang direncanakan di bawah postur pertahanan bersama yang kokoh."
Korut menyatakan semua latihan semacam itu sebagai latihan untuk invasi, dengan mengatakan bahwa itu dapat dilihat sebagai 'deklarasi perang'. Korut telah berulang kali mengancam akan mengambil tindakan 'luar biasa' sebagai tanggapan atas latihan militer tersebut.
Sumber: detik.com