fbpx

822904 720

New Toyota Avanza. 27 Februari 2019. (TAM) 

 

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak meluncur pada 15 Januari hingga Maret 2019, total pemesanan Toyota Avanza sudah mencapai 18.000 unit. Untuk memenuhi permintaan tersebut, produksi Toyota Avanza akan ditingkatkan.

Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM), Fransiscus Soerjopranoto, mengatakan pihaknya sudah meminta PT Astra Daihatsu Motor (ADM) untuk menambah produksi Toyota Avanza.

"Kita minta 8.000- 9.000 -an pada saat launchig karena kita sudah antisipasi karena kan pada saat launching tanggal 15 itu kan kalau ditanya target jualan kan sekitar 7.500 unit, berarti 7.000-8.000 unit. Nah kita sudah targetkan sebenarnya wholesales 8.000-9.000 karena harus isi yang kosong karena stok yang lama sudah terjual," ujarnya kepada wartawan, di Jakarta, Rabu 13 Maret 2019.

 c64e62b4 3648 40de 83bd 097ccec71938 169

Lion Air JT 610 PK-LQP Boeing 737. Foto: Paul Christian Gordon/Lion Air

 

Jakarta - Kabar duka datang dari dunia penerbangan. Pesawat Ethiopian Airlines jatuh 6 menit setelah lepas landas.

Mengutip AFP, pesawat ini lepas landas pada Minggu (10/3/2019) pukul 08.38 waktu setempat. Pesawat hilang kontak 6 menit berselang atau pukul 08.44.

b7e12428 049b 4c66 8b5f e9553ecab832 169

 

Jakarta - Pesawat Boeing jenis 737 Max 8 kembali menjadi sorotan, karena kurang dari 6 bulan, pesawat tersebut jatuh dua kali. Pertama jatuh pada Oktober 2018 dioperasikan oleh Lion Air. Terakhir, Ethiopian Airlines pun mengalami insiden yang sama menggunakan pesawat tipe ini. 

Boeing jenis ini terhitung pesawat baru. Di Indonesia, ada dua maskapai yang mengoperasikan pesawat ini, yaitu Garuda Indonesia dan Lion Air. 

611416 620

Petugas berjaga di bus Jakarta Airport Connexion tengah menanti penumpang di Terminal 3 Bandara Sukarno Hatta, Tangerang Banten, 30 Mei 2017. Sudah ada 4 operator yang berkomitmen mengoperasikan JA Connexion yaitu Perum Damri, Perum PPD, Blue Bird, dan Sinar Jaya. Tempo/Tony Hartawan 

 

TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI mengkritik kenaikan tarif bus Damri jurusan Bandara Soekarno-Hatta sebesar Rp 5.000. Berdasarkan temuan di lapangan, Ketua Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan kenaikan itu dilakukan sejak awal tahun.

"Nyaris tak ada sosialisasi yang dirasakan konsumen. Banyak keluhan dan pertanyaan konsumen terkait hal itu," ujar Tulus dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Minggu, 10 Maret 2019. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari para konsumen, ia mengatakan tidak ada informasi terkait kenaikan tarif itu, baik di loket pembayaran atau di kabin bus Damri.

Kalau temuan itu benar, Tulus berujar lembaganya sangat menyesalkan proses kenaikan tarif tersebut. Pasalnya, ia menilai Perum Damri tidak menghargai hak konsumen yang dijamin di dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Di dalam Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen, kata dia, konsumen mempunyai hak atas informasi yang jelas, jernih dan jujur saat menggunakan barang dan atau jasa.

"Informasi dimaksud bukan sekadar adanya informasi kenaikan tarif, tetapi mengapa tarifnya dinaikkan? Hal ini yang tidak dilakukan manajemen Perum Damri," ujar Tulus.

Di sisi lain, Tulus menyebut kenaikan itu tidak pernah dibarengi dengan standar pelayanan yang jelas dan terukur. Misalnya sistem peniketan yang masih manual, yaitu menggunakan sistem sobek karcis, kecuali di Terminal 3. Oleh karena itu, YLKI mendesak perseroan untuk bisa menjelaskan pada publik, manfaat apa yang bisa diperoleh konsumen atas kenaikan tarif tersebut.

"Kami menduga, kenaikan itu dilakukan karena rute bus Damri Bandara Soetta adalah rute yang paling profitable. Tanpa rute bandara, bus Damri banyak ruginya," kata Tulus.

Namun, ia menilai kenaikan tarif itu menjadi tidak adil jika rute bandara dijadikan satu-satunya sumber pendapatan yang menguntungkan. Menurut Tulus, Manajemen Damri harus berani menutup rute-rute yang merugi. Kecuali rute tersebut dalam penugasan pemerintah, dan artinya pemerintah harus membayar selisih kerugiannya itu. "Tidak bisa konsumen Bus Damri harus menaggung kerugian tersebut," kata dia lagi.

Hingga laporan ini ditulis, Direktur Utama Perum Damri Setia Milatia Moemin dan Sekretaris Perusahaan Perum Damri Arifin Hasan belum membalas pesan dari Tempo.

Sumber: TEMPO.CO

REPORTER: CAESAR AKBAR 
EDITOR: MARTHA WARTA SILABAN
MINGGU, 10 MARET 2019 18:58 WIB