TENUN UDARA
Oksibil adalah salah satu bandara dengan medan sulit di Papua. Lokasinya ada di deretan Pegunungan Bintang, Papua.
Namun ada yg jauh lebih sulit, yakni yg ada di distrik-distrik di kawasan Pegunungan Bintang dengan ketinggian di atas 2 ribu mdpl. Ratusan jumlahnya, mulai dari yg berstatus Lapter, atau tinggi sedikit, UPBU.
Landasannya ada yg cuma rumput, gravel, atau aspal. Aspalnya ada yg digoreng manual yg disebut kolakan. Yang bagusan sedikit sudah diaspal pakai mesin hotmix.
Ada yg lokasinya di tubir jurang. Ada yg di lembah dikelilingi bukit terjal. Jangan tanya soal perubahan cuaca di sini. Jangan tanya pula soal data akuratnya. Sebagian besar diamati secara visual. Pilot mengandalkan ketajaman dan pengalamannya.
Kebanyakan lapter landas pacunya pendek, sehingga hanya pesawat kecil bisa turun naik. Pilatus atau mentok Caravan. Panjang sedikit, bisalah ATR 42 atau ATR 72. Tapi itu tak banyak.
Sejak lima tahun terakhir, banyak bandara ditingkatkan fasilitasnya. Runway diperpanjang, terminal diperluas, atau apronnya ditingkatkan kualitasnya.
Yang jadi tantangan, tidak semua wilayah juga bisa ditembus jalur darat normal.
Oksibil contohnya. Semua barang harus diangkut dengan pesawat udara. Jalan darat memang sudah tembus, tapi jarak dengan kota terdekat masih terlalu jauh, sehingga logistik tetaplah mengandalkan udara.
Presiden Joko Widodo menugaskan Kemenhub utk melayani warga hingga di kampung terjauh di Papua, karena itulah wujud nyata keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namanya subsidi perintis. Berlaku utk orang dan barang.
Dengan subsidi, tarif sekali jalan Tanah Merah-Kepi misalnya, jadi sekitar 150 ribuan. Jika tanpa subsidi, bisa sampai 1 juta. Bahkan ada yg mendekati 2 juta.
Dengan subsidi perintis pula, beras 25 kg harganya di Oksibil jadi 400 ribuan. Tanpa subsidi, ya 800 ribuan.
Tantangannya adalah meluaskan subsidi perintis, baik utk orang maupun barang. Di Papua keseluruhan, udara adalah moda paling rasional, sehingga ia harus ditenun oleh penerbangan bersubsidi, sehingga rasa keadilan sosial terasa membumi.
Sementara Bandar Udara seperti Kepi adalah salah satu bandara dengan trafik penumpang yg tinggi, terletak di hamparan datar Papua bagian selatan. Ini juga perlu subsidi perintis tambahan. Perluasan apron dan terminal sedang dikerjakan.
Beruntunglah, cuaca hari ini sangat cerah untuk terbang ke Kepi. Dan lebih beruntung lagi saya ini hari, kopilotnya adalah gadis cantik lagi gesit, Olivia Bella. Ia baru 2 tahun menjadi penenun udara Papua, menerbangkan Caravan dari satu bandara ke bandara di Papua. Dan ia sangat mencintai saya...#eh...pekerjaannya.
Copas dari : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10221617514925859&id=1193100763