fbpx

Screenshot 20200725 083330

"Becak sumbangan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dibawa dari Yogyakarta ke Moskow pada saat mengikuti Festival Indonesia ke-4 pada Agustus tahun lalu."

SitindaonNews.Com | Museum Ketimuran The State Museum of Oriental Art di Moskow mendapat becak dari Yogyakarta,  menambah koleksi museum tersebut.

Becak koleksi museum diserahkan Dubes RI untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi kepada Direktur Jenderal Museum, Aleksander Sedov di Museum Ketimuran, Kamis(23/7).

Acara penyerahan berlangsung di Museum Ketimuran dihadiri Wakil Kepala Perwakilan RI, Azis Nurwahyudi, dan bidang Pensosbud KBRI Moskow, serta jajaran Museum, termasuk Tatyana Metaksa, Penasehat Direktur Jenderal Museum.

Untuk sementara waktu becak disimpan di KBRI Moskow untuk diperbaiki. Penyerahan tertunda juga karena dampak pandemi COVID-19.

Aleksander Sedov menyampaikan apresiasi kepada KBRI Moskow, Gubernur DI Yogyakarta, dan bangsa Indonesia atas pemberian hibah becak yang menambah koleksi museum.

Benda-benda seni budaya Indonesia sangat menarik dan menjadi salah satu perhatian para pengunjung. Banyak juga koleksi benda Indonesia yang diperoleh Museum sebagai hibah.

Para staf museum yang baru pertama kali melihat becak sangat tertarik dan dinilai unik dan antik. Bahkan seorang staf Museum menaiki becak mengayuhnya dan membawa Tatyana Metaksa duduk di bagian depan becak.

Dubes Wahid mengatakan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang terkenal dengan becaknya. Becak tidak hanya sebagai sarana transportasi tradisional tetapi memiliki sejarah panjang, becak jadi obyek pariwisata Yogyakarta.

Dikatakannya becak menjadi simbol persahabatan Indonesia-Rusia. Tahun ini Indonesia dan Rusia merayakan 70 tahun hubungan diplomatik dan merayakan HUT ke-75 kemerdekaan Indonesia, ujar Dubes Wahid yang akan mengakhiri masa tugasnya di Moskow pada akhir Juli.

Museum Ketimuran merupakan museum tertua di Rusia yang didirikan tahun 1918. Di museum ini terdapat ruangan khusus memamerkan benda-benda seni budaya Indonesia, seperti keris, kain dari beberapa daerah Indonesia, topeng, patung, dan lainnya.

Benda-benda tersebut kebanyakan sumbangan dari warga Rusia yang pernah ke Indonesia, seperti wayang kulit dari Kliment Voroshilov yang ke Indonesia tahun 1957. Terdapat juga keris Jawa dibuat tahun 1825 pada saat Perang Diponegoro.

Dalam empat tahun terakhir museum memperoleh berbagai koleksi baru benda seni budaya Indonesia, seperti gitar bermotif batik, tempat minum kopi dari bamboo asal Kebumen, dan batik pekalongan.

Dubes Wahid berharap budaya Indonesia dapat semakin dikenal oleh warga Rusia. Kunjungan ke museum merupakan tradisi kuat warga Rusia. Tahun 2019 Museum Ketimuran dikunjungi sekitar 200 ribu pengunjung.

Sumber: antaranews.com

1593826123524

SitindaonNews.Com | Trenggalek, Jatim (ANTARA) - Ritual melempar kepala kerbau ke dasar sungai di Dam Bagong, Trenggalek, Jawa Timur yang digelar dalam rangkaian tradisi "nyadranan" masyarakat adat dan Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jumat, berlangsung meriah meski telah dilakukan sejumlah pembatasan karena wabah COVID-19.

Seperti juga tahun-tahun sebelumnya, masyarakat tetap saja berjubel menyaksikan prosesi pelemparan kepala kerbau yang menjadi simbol tumbal kepala gajah putih itu oleh Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin.

HIDUP SEHAT DENGAN BUAH DAN SAYURAN SEGAR INDONESIA 

FB IMG 1593470640259

"Tahun ini, tradisi nyadran digelar secara terbatas, mengingat kondisi pandemi yang belum usai," kata Bupati Nur Arifin.

Ia mengklaim keputusan mengurangi sebagian prosesi nyadranan, seperti arak-arakan, pagelaran wayang kulit dan hiburan tari jaranan cukup berhasil mengurangi jumlah pengunjung yang hadir.

Meski suasananya tetap meriah oleh warga, namun mereka disebut berasal dari daerah sekitar Dam Bagong. Tidak ada warga luar kota/daerah.Bupati Trenggalek Moch Nur Arifin melempar bagian kaki-kaki kerbau dalam tradisi nyadranan di Dam Bagong, Trenggalek, Jumat (3/7/2020). (Foto HO Humas Pemkab Trenggalek) 
Sebagai pengganti arak-arakan yang meramaikan acara seperti biasanya, panitia hanya menggelar khotmil Qur’an, ziarah makam Adipati Minak Sopal, dan terakhir melarung kepala kerbau ke dasar Dam Bagong.

“Ini adalah hajat budaya kita, Nyadran Dam Bagong, sebagai bentuk syukur masyarakat di mana Allah telah memberikan rezeki," tutur Nur Arifin dalam pidato sambutannya menghadiri ritual adat tersebut.

"Air kita tidak kering, sawah-sawah bisa terairi, panenan lancar, kemudian masyarakat bersedekah lewat salah satunya membagikan daging kerbau kepada masyarakat sekitar,” imbuhnya.

Arifin berharap tradisi serta budaya yang telah mengakar di masyarakat terus lestari.

Menurutnya dengan menjaga tradisi, masyarakat akan tetap mengingat jasa-jasa para leluhur terdahulu.

“Kemudian kalau ada rezeki yang kita dapat ya kita bagikan, kita sedekahkan, seperti sedekah Nyadran di Dam Bagong ini," katanya. (*)

Sumber: antaranews.com

KETIKA AGAMA KEHILANGAN TUHAN

Dulu agama menghancurkan berhala. Kini agama jadi berhala. Tak kenal Tuhannya, yg penting agamanya.

Dulu orang berhenti membunuh karena agama. Sekarang orang saling membunuh karena agama.

Dulu orang saling mengasihi karena beragama. Kini orang saling membenci karena beragama.

Ajaran agama tak pernah berubah dari dulu. Tuhannya pun tak pernah berubah dari dulu.

Lalu yg berubah apa ? MANUSIANYA!!!

Dulu pemimpin agama dipilih berdasarkan kepintarannya, yg paling cerdas diantara orang2 lainnya. Sekarang orang yg paling dungu yg tidak bisa bersaing dg orang2 lainnya, dikirim untuk belajar jadi pemimpin agama.

Dulu para siswa diajarkan untuk harus belajar giat dan berdoa untuk bisa menempuh ujian. Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat sebelum ujian berdoa paling kencang, karena diajarkan pemimpin agamanya untuk berdoa supaya lulus.

Dulu agama mempererat hubungan manusia dg Tuhan. Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena terlalu sibuk dg urusan2 agama.

Dulu agama ditempuh untuk mencari Wajah Tuhan. Sekarang agama ditempuh untuk cari muka di hadapan Tuhan.

Esensi beragama telah dilupakan. Agama kini hanya komoditi yg menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, karena semua yg berbau agama telah didewa2kan, takkan pernah dianggap salah, tak pernah ditolak, dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan.

Agama jadi hobi, trend, dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.

Agama kini diperTuhankan, sedang Tuhan itu sendiri dikesampingkan.

Agama dulu memuja Tuhan. Agama kini menghujat Tuhan. Nama Tuhan dijual, diperdagangkan, dijaminkan, dijadikan murahan, oleh orang2 yg merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan. Takebiiir ✊

Tuhan mana yg mengajarkan tuk membunuh?
Tuhan mana yg mengajarkan tuk membenci?

Tapi manusia membunuh, membenci, mengintimidasi, merusak, sambil dg bangga meneriakkan nama Tuhan, takebiiir ✊

Berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah manusia lainnya.

Agama dijadikan senjata tuk menghabisi manusia lainnya.

Dan tanpa disadari manusia sedang merusak reputasi Tuhan, dan sedang mengubur Tuhan dalam2 di balik gundukan ayat2 dan aturan agama.

Mereka mengatakan ada 1 Tuhan. Tapi nyatanya ada 2 Tuhan.

1. Tuhan yg mereka ciptakan.
2. Tuhan yg menciptakan mereka.

✍? Ediez eidelweiss

Sumber: https://www.facebook.com/803774136380640/posts/3368604276564267/

thumb 04034f29956066973aee8fbf17d7de6d2b1a717c

AMPARA

Hombar tu sundut tarombo, godang do hape halak hita na hurang sangkan panjouon partuturon tarlobi di angka na marhaha-anggi partubu ala dang adong tarsurat ruhutna. Isarana, panjouon 'ampara' godangan do pandapot mandok panjouon tu dongan tubu na so tangkas tarombo do ninna, jala terkesan negatif. Lapatanna, hurang do dengganna ninna molo nijou 'ampara' tu haha-anggi partubu naung tangkas tarombona. Hape sabotulna dang adong unsur negatif disi molo rap mangantusi hita lapatan ni 'ampara'.
Hata 'ampara' mangihuthon kamus bahasa Batak marmula sian hata 'ama' dohot 'para' na marlapatan 'amang na timbo'. Doli-doli jotjot do dijou 'ampara sidoli'.
Di luar ni luat Toba tar hurang do jojor ni tarombo di angka na mardongan tubu. Holan masibotoan samarga alai dang jelas haha-anggi partubu dohot sundut. Jadi masijouan ma 'ampara' asa lebih netral dalam pengertian kesetaraan (egaliter) laho masipasangapan. Alai somalna na hira dos umur do masijouan 'ampara'. Dungi na tumua tu na umposo sebagai penghormatan. Jala dang adong hurangna nang berlaku di halak Toba hata 'ampara'. Pengalaman ni panurat, parhahaon manang paramongon jotjot do manjou 'ampara' tu panurat laho marsuru tingki dakdanak patudu holongna. Jala las do roha molo dijou 'ampara' sebagai penghargaan. Sebalikna na umposo hurang do sumanna mandok 'ampara' tu na tumua nangpe sian sundut na untoru nomorna. Nangpe anggi partubu nasida tumagon do amanguda daripada ampara manang anggia, apalagi anaha. Molo haha ni partubu nasida nangpe ditoru nomor na tong do nijou amangtua manang hahang tu na tumua. Tu na umposo boi ma nijou ampara.
Ima pandapot. Pinaima pandapot na asing manambai wawasan. Horas.

Copas" https://www.facebook.com/groups/304930243219280/permalink/1117518101960486/